PENGOLAHAN HASIL BELAJAR
Disusun oleh: Zainal Masri
STAIN Batusangkar
A. Pendahuluan
Evaluasi
merupakan bagian terpenting dalam pendidikan, hal iini untuk dapat
mengetahui berhasil tidaknya suatu pembelajaran yang berdasarkan kepada
tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Dalam melakukan evaluasi ada
beberapa hal yang harus dinilai, diantaranya ranah kognitif, ranah
afektif dan ranah psikomotor. Hasil tes yang dilakukan dalam
mengevaluasi materi perlu adanya pengolahan yang objektif agar hasil
dari evaluasi tersebu sesuai dengan tujuan evaluasi itu sendiri.
Maka
dalam makalah yang kami sajikan ini, pemakalah akan membahas beberapa
beberapa hal mengenai pengolahan hasil belajar, diantaranya; Cara Memberi Skor Untuk Domain Psikomotor, Penilaian Acuan Patokan, Penilaian Acuan Norma.
B. Pembahasan
1. Cara Memberi Skor Untuk Domain Psikomotor
Ranah
psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill)
atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar
tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan
aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan
sebagainya. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson
(1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam
bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil
belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil
belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang
baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku).
Pengukuran ranah psikomotorik dilakukan dengan hasil-hasil belajar yang
berupa penampilan. Namun demikian biasanya pengukuran ranah ini
disatukan dan dimulai dari pengukuran ranah kognitif sekaligus.[1]
Jadi wujud nyata dari hasil psikomotor yang merupakan kelanjutan dari
hasil belajar kognitif afektif itu, misalkan dalam pembahasan tentang
kedisiplinanan dalam Islam[2], yaitu:
a Peserta
didik bertanya kepada guru pendidikan agama Islam tentang contoh-contoh
kedisiplinan yang telah ditunjukkan oleh Rosulullah SAW, para sahabat,
para ulama dan lain-lain
b Peseta
didik mencari dan membaca buku-buku, majalah-majalah atau
brosur-brosur, surat kabar dan lain-lain yang membahas tentang
kedisiplinan
c Peserta
didik dapat memberikan penejelasan kepada teman-teman sekelasnya di
sekolah, atau kepada adik-adiknya di rumah atau kepada anggota
masyarakat lainnya, tentang kedisiplinan diterapkan, baik di sekolah, di
rumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat
d Peserta
didik menganjurkan kepada teman-teman sekolah atau adik-adiknya, agar
berlaku disiplin baik di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah
kehidupan masyarakat
e Peserta
didik dapat memberikan contoh-contoh kedisiplinan di sekolah, seperti
datang ke sekolah sebelum pelajaran di mulai, tertib dalam mengenakan
seragam sekolah, tertib dan tenag dalam mengikuti pelajaran, di siplin
dalam mengikuti tata tertib yang telah ditentukan oleh sekolah, dan
lain-lain
f Peserta
didik dapat memberikan contoh kedisiplinan di rumah, seperti disiplin
dalam belajar, disiplin dalam mennjalannkan ibadah shalat, ibadah puasa,
di siplin dalam menjaga kebersihan rumah, pekarangan, saluran air, dan
lain-lain
g Peserta
didik dapat memberikan contoh kedisiplinan di tengah-tengah kehidupan
masyarakat, seperti menaati rambu-rambu lalu lintas, tidak
kebut-kebutan, dengan suka rela mau antri waktu membeli karcis, dan
lain-lain, dan
h Peserta
didik mengamalkan dengan konsekuen kedisiplinan dalam belajar,
kedisiplinan dalam beribadah, kedisiplinan dalam menaati peraturan lalu
lintas, dan sebagainya.
Dalam ranah psikomotorik yang diukur meliputi:
a Gerak refleks
b Gerak dasar fundamen
c Keterampilan
perseptual; diskriminasi kinestetik, diskriminasi visual, diskriminasi
auditoris, diskriminasi taktis, keterampilan perseptual yang
terkoordinasi
d Keterampilan fisik
e Gerakan terampil[3]
f Komunikasi non diskusi (tanpa bahasa-melalui gerakan) meliputi: gerakan ekspresif, gerakan interprestatif.
Lembar observasi
Beri Tanda (√)
Nama Siswa
|
Mengerjakan Tugas (On-Task)
|
Tidak Mengerjakan Tugas (Off-Task)
|
Catatan Guru
|
Damar
| |||
Ayu
| |||
Dst…..
|
Tabel Instrumen (alat) Asesmen Kinerja (unjuk kerja) Berpidato dengan numerical Rating Scale
Nama : …………………………………
Kelas : …………………………………
| |||||
Petunjuk:
Berilah skor untuk setiap aspek kinerja yang sesuai dengan ketentuan berikut:
(4) bila aspek tersebut dilakukan dengan benar dan cepat
(3) bila aspek tersebut dilakukan dengan benar tapi lama
(2) bila aspek tersebut dilakukan selesai tetapi salah
(1) bila dilakukan tapi tidak selesai
( 0 = tidak ada usaha)
| |||||
No
|
Aspek yang dinilai
|
Skor
| |||
4
|
3
|
2
|
1
| ||
1.
|
Berdiri tegak menghadap penonton
| ||||
2.
|
Mengubah ekspresi wajah sesuai dengan pernyataan
| ||||
3.
|
Berbicara dengan kata-kata yang jelas
| ||||
4.
|
Tidak mengulang-ulang pernyataan
| ||||
5.
|
Berbicara cukup keras untuk didengar penonton
|
2. Pengolahan Hasil Tes PAP dan Hasil Tes PAN
a Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Penyelenggaraan
tes dalam hal ini lebih mengarah kepada penguasan kompetensi. Maka
penilaian acuan patokan ini berusaha mengukur tingkat pencapaian tujuan
oleh para siswa. Siswa yang tidak mencapai tujuan yang telah ditetapkan
berarti dia gagal, artinya pengajaran yang diberikan belum berhasil.
Sehingga disini terlihat apakah siswa sudah atau belum mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, dengan kata lain, penilaian ini mengutamakan apa
yang dapat dilakukan oleh siswa, kemampuan-kemampuan apa yang sudah dan
belum dicapai setelah mereka menyelesaikan satu bagian kecil dari
keseluruhan program. Penilaian Acuan Patokan ini tidak membandingkan
satu siswa dengan siswa lainnya, tetapi membandingkan dengan standar
tujuan yang harus dicapai/indikator pencapaian.
Melalui
pendekatan ini, maka guru dapat mengambil keputusan tindakan
pengajaran. Jika hasil belajar siswa belum mencapai tujuan dengan
kriteria 85% dari target yang diharapkan, berarti pengajaran itu gagal
dan harus diulang kembali. Untuk itu tes yang disusun hendaknya
menggambarkan keseluruhan bahan pengajaran, atau keseluruhan tujuan
pengajaran.
Sebagai
gambaran dalam menetapkan besar kecilnya persentase untuk menetapkan
nilai dari penilaian acuan ini sebagaimana dikatakan oleh Chatib Thoha
dalam bukunya Teknik Evaluasi Pendidikan sebagai berikut:
Taraf Penguasan
|
Kualifikasi
|
Nilai Huruf
|
Angka Kualitas
|
91-100%
|
Memuaskan
|
A
|
4
|
81-90%
|
Baik
|
B
|
3
|
71-80%
|
Cukup
|
C
|
2
|
61-70%
|
Kurang
|
D
|
1
|
Kurang 60%
|
Gagal
|
E
|
0
|
Tinggi
rendahnya persentase yang dituntut oleh pendidik untuk dikuasai oleh
peserta didik tergantung penting tidaknya bahan tersebut untuk dikuasai
oleh peserta didik. Bila semangkin penting maka persentasenya semakin
tinggi, sebaliknya jika bahannya kurang penting maka persentasenya makin
rendah. Penting tidaknya bahan pengajaran yang dikuasai peserta didik
dapat dilihat dari seberaa jauh kontribusi mata pelajaran itu untuk
mencapai tujuan pendidikan yang lebih luas.
Penilaian Acuan Patokan ini didasari oleh beberapa asumsi sebagaimana yang di ungkap oleh Anas Sudjiono[4] yang dapat di simpulkan antara lain:
1) Siswa tidak dapat melanjutkan pokok bahasan sebelum siswa itu mengerti dan memahami materi yang sebelumnya secara konseptual.
2) Evaluator
dapat mengidentifikasi masing-masing taraf kemampuan yang di kehendaki
sampai tuntas, paling tidak mendekati ketuntasan sehingga dapat disusun
alat pengukur atau penilaiannya.
Menurut Chatib Thoha[5],
penilaian beracuan kriteria berdasarkan asumsi “paedagogik” maksudnya
pendidikan didasarkan atas pertimbangan bahwa keragaman kemampuan
peserta didik hendaknya dapat dikurangi, hal ini berarti seorang
pendidik harus bisa memberikan motivasi kepada peserta didik untuk
berprestasi dan membantu yang lemah. Peserta didik memiliki motivasi
yang kuat untuk belajar, sehingga ada perbedaan kemampuan antara sebelum
dan sesudah belajar. Pendidik dalam mengembangkan proses belajar
mengajar harus menyajikan materi dan metode yang sesuai dengan
kemampuan peserta didik.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa Penilaian Acuan Patokan ini
cocok diterapkan untuk melihat kompetensi paedagogik peserta didik,
karena pendidik dan peserta didik memiliki peran yang penting dalam
proses pembelajaran, betapapun hebatnya pendidik dalam mengajar kalau
peserta didik mempunyai motivasi yang rendah dalam belajar tentu
hasilnya kurang memuaskan, maka untuk mencapai hasil yang maksimal kedua
komponen tersebut harus bekerja secara maksimal sesuai dengan perannya
masing-masing. Sebaliknya penilain berdasarkan acuan patokan ini kurang
tepat digunakan dalam pengolahan dan penentuan nilai hasil tes sumatif
seperti ulangan umum dalam rangka mengisi rapor.
Adapun diantara kelemahan dari penilaian acuan patokan ini adalah:
1) Tidak
mempertimbangkan kemampuan kelompok (rata-rata kelas), jadi besar
kemungkinan ada siswa yang tidak dapat dinyatakan lulus atau naik kelas
2) Apabila
butir-butir soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar terlalu
sukar, maka dalam tes tersebut betapapun pintarnya testee akan
memperoleh yang rendah, sebaliknya apabila butir-butir soal yang
dikeluarkan dalam tes hasil belajar terlalu mudah maka betapapun
bodohnya testee akan berhasil memperoleh nilai yang tinggi, sehingga
gambaran yang sebenarnya tentang tingkat kemampuan testee tidak dapat
diketahuai.
b. Penilaian Acuan Norma (PAN)
Istilah
lain dari penilaian acuan norma dikenal juga dengan penilaian acuan
kelompok (PAK) karena penilaian ini bertujuan untuk menentukan kedudukan
peserta didik dari peserta didik yang di nilai atau penilaian yang
mendasarkan diri pada standar relatif, artinya menentukan hasil tes
diperbandingkan dengan skor peserta didik tes yang lain, sehingga
kualitas yang dimiliki oleh peserta didik tes akan sangat tergantung
kepada kualiatas kelompoknya. Penilaian ini mendasarkan diri pada asumsi[6], yaitu:
1) Psikologis,
artinya tidak semua peserta didik memiliki kemampuan yang sama, adanya
perbedaan kemampuan intelegensi question (IQ), latar belajar pendidikan,
status sosial orang tua, lingkungan sosial, jenis kelamin, dan
sebagainya. Namun apabila kergaman itu ditarik dari penelitian atas
sejumlah sample akan memberikan gambaran yang mebentuk normal yaitu
sebagian besar akan berada pada daerah mean, sedangkan sebagian kecil
akan berada di daerah ekor kanan dan ekor kiri dalam posisi yang
berimbang.
2) Tujuan
penilaian hasil belajar adalah untuk melihat dan menentukan kedudukan
seorang peserta didik dari teman atau kelompoknya, apakah ia berada pada
posisi atas, tengah atau di bawah.
3) Penilaian
ini digunakan apabila pendidik menghadapi kurikulum yang bersifat
dinamis, artinya materi pelajaran yang dikembangkan selalu berobah
sesuai dengan ketentuan zaman, sehingga pendidik agak sulit menetapkan
kriteria benar atau salah.
4) Penggunaan
acuan ini sangat dependen dengan jenis kelompok, tempat dan waktu.
Kelompok yang homogen akan berbeda dengan kelompok yang heterogen,
kelompok belajar di kota akan berbeda dengan kelompok belajar di daerah
terpencil. oleh karena itu penilaian acuan norma ini adalah penilaian
kemampuan rata-rata kelompok, kemudian individu diukur seberapa jauh
penyimpangan terhadap rata-rata tersebut, hal ini berarti tes tersebut
dapat memberikan gambaran diskriminatif antara jemampuan peserta didik
yang pandai dengan yang bodoh.
Dari kedua acuan tersebut diatas dapat dibedakan penilaian beracuan patokan dan penilaian beracuan norma sebagai berikut:
1) Penilaian acuan norma
a) Berfungsi untuk menetapkan kedudukan relatif seorang siswa di dalam kelas
b) Tujuan pemebelajaran dinyatakan secara umum atau secara khusus
c) Belajar tuntas tidak begitu diutamakan
d) Tes (pertanyaan) harus mencangkup tingkat kesukaran yang berpariasi dari yang mudah, sedang dan sulit.
e) Hasil penilaian dapat ditransformasi dalam skala huruf A, B, C, D dan E
f) Tepat dipakai untuk tes penempatan dan tes sumatif
2) Penilaian acuan patokan
a) Berfungsi dalan menetapkan apakah murid telah mencapai atau telah menguasai tujuan atau kemampuan yang diharapkan
b) Tujuan pembelajaran harus dinyatakan secara kusus
c) Sangat diutamakan adanya belajar tuntas sehingga perlu dinyatakan standar tingkat keberasilan tujuan pembelajaran
d) Penyusunan soal lebih mengutamakan pada feformance dan kemampuan yang harus di kuasai
e) Tepat dipakai untuk tes formatif
f) Hasil penilaian tepat dinyatakan dalam bentuk pernyataan sangat memuaskan, memuaskan, cukup, kurang dan gagal.
C. Penutup
1. Kesimpulan
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman
belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan
aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan
sebagainya. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson
(1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam
bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.
Adapun Penilaian
Acuan Patokan yang dikenal juga dengan standar mutlak berusaha
menafsirkan hasil tes yang diperoleh siswa dengan membandingkannya
dengan patokan yang telah ditetapkan. Sebelum hasil tes diperoleh atau
bahkan sebelum kegiatan pengajaran dilakukan, patokan yang akan
dipergunakan untuk menentukan kelulusan harus sudah
ditetapkan.
Sedangkan
penilaian acuan norma yaitu penilaian yang bertujuan untuk menentukan
kedudukan peserta didik dari peserta didik yang di nilai atau penilaian
yang mendasarkan diri pada standar relatif, artinya menentukan hasil tes
diperbandingkan dengan skor peserta didik tes yang lain, sehingga
kualitas yang dimiliki oleh peserta didik tPes akan sangat tergantung
kepada kualiatas kelompoknya.
2. Pesan
Dengan hadirnya makalah ini di hadapan pembaca, semoga dapat menjadi
acuan dalam membahas tentang penilaian hasil belajar dengan menggunakan
Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan Penilaian Acuan Norma (PAN), serta
dapat menjadi motivasi hendaknya untuk mengkaji lebih jauh mengenai
penilaian hasil belajar dengan menggunakan Penilaian Acuan Patokan
tersebut. Amin
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008
Sudjiono Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1996
Diakses dari http// wordpress. Evaluasi. Com
Thoha Chatib, Teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994
Tidak ada komentar:
Posting Komentar